I. PERINTAH MENYIKAT GIGI ATAU (SIWAK)
Tentang Bersugi (bersiwak)
Hadits
143) Abu Hurairah Memberitakan:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِى الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ - وَفِى حَدِيثِ زُهَيْرٍ عَلَى أُمَّتِى - لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ ».
Bahwasanya Rasulullah bersabda: Sekiranya tidak (bukan) saja menyukarkan terhadap ummatku atau terhadap manusia, tentulah saya memerintahkan mereka bersugi berserta tiap-tiap sembahyang". (Al Lu'lu-u wal mardjan 1: 64).
144) Abu Musa memberitakan:
حدثنا أبو النعمان قال حدثنا حماد بن زيد عن عيلان بن جرير عن أبي بردة عن أبيه قال
: أتيتُ النبي صلى الله عليه و سلم فوجدتُه يَسْتَنُّ بسواك بيده يقول أُعْ أُعْ والسِّواكُ في فيهِ كأنه يتهوَّعُ
Saya datang kepada Nabi Saw. Lalu saya dapatinya menggosok gigi dengan siwak (kayu sugi) ditangannya, beliau menyebutkan U'U', sedang sugi dimulutnya se-olah-olah Nabi mau muntah". (Al-Lu'lu-u wal mardjan 1: 65)
145) Hudzaifah memberitakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ وَحُصَيْنٌ وَالأَعْمَشُ عَنْ أَبِى وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
"Adalah Nabi Saw bila berdiri dimalam hari mengosok mulutnya dengan sugi". (Al-Lu'lu –u wal mardjan 1: 65)
Perkataan siwak dengan mengkasrahkan sin, mufrad jama'nya suwuk, seperti: kitab; kutub. Boleh ditazkirkan dan boleh ditakniskan. Dimaksud dengan dia kayu sugi sebagaimana dimaksud dengan dia bersugi. Disini dimaksudkan ma'na yang kedua.
Perkataan jastannu maknanya jasta milussiwaka (mempergunakan kayu sugi (bersugi)).
Perkataan u'u' menghikayatkan suara yang keluar dari mulut Nabi ketika beliau bersugi.
Perkataan jatahauwa'u bermakna jataqaija-u (muntah ia).
Perkataan jasjushu bermakna jad-luku (menggosok) atau jaghsilu (membasuh) atau jahukku (mengikis).
Tahrij Hadits
1. Hadits pertama (143) diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam: 11 kitab Al-Djumu'ah: 8-bab bersugi pada hari jum'at dari Abu Hurairah. Muslim meriwayatkannnya dalam: 2 kitab Ath Thaharah: 15-bab bersugi.
Hadits ini ditahrijkan juga oleh Abu Daud, At Turmudzi, An Nasai, Ibnu Madjah dan Ahmad.
2. Hadits kedua (144) diriwayatkan oleh al Bukhari dalam: 4-kitab al wudlu':73-bab bersugi, dari Abu Musa. Muslim meriwayatkannya dalam: 2-kitab Ath Thaharah: 15-bab bersugi. Hadits ini ditahrijkan juga oleh Abu Daud, An Nasai dan Ibnu Chuzaimah.
3. Hadits ketiga (145) diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam: 4-kitab al-wudhu': 73- bab bersugi, dari Hudzaifah. Muslim meriwayatkannya dalam: 2-kitab Ath Thaharah: 15-bab bersugi.
Hadits ini ditahrijkan juga oleh Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Al Hakim dan Imam Ahmad.
Kualitas Hadits
Hadist ini saheh karena semua perawinya tujuh ( ثقة )
Kedudukan Hadits
Hadits ini ditahrijkan juga oleh Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Al Hakim dan Imam Ahmad.
II. TATKALA TERJADI WABAH DI SUATU TEMPAT
Tentang Penyakit
Hadits
12 - باب: ما يكره من الاحتيال في الفرار من الطاعون.
6572 - حدثنا عبد الله بن مسلمة، عن مالك، عن ابن شهاب، عن عبد الله بن عامر ابن ربيعة:
أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه خرج إلى الشأم، فلما جاء سرغ، بلغه أن الوباء وقع بالشأم، فأخبره عبد الرحمن بن عوف: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (إذا سمعتم به بأرض فلا تقدموا عليه، وإذا وقع بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا فراراً منه). صحيح البخارى
Dari Abdullah bin 'Amir r.a., Umar melakukan perjalanan ke Syam. Setelah ia sampai di Sargh, datang berita bahwa di Syam sedang berjangkit penyakit menular. Lalu 'Abdurrahman bin 'Auf menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw berkata: "Kalau kamu mendengar penyakit menular berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu pergi ke sana. Tetapi kalau penyakit itu berjangkit di negeri di mana kamu berada, janganlah kamu ke luar padanya melarikan diri.
6245 - حدثني إسحق بن إبراهيم الحنظلي: أخبرنا النضر: حدثنا داود بن أبي الفرات، عن عبد الله بن بريدة، عن يحيى بن يعمر: أن عائشة رضي الله عنها أخبرته: أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون، فقال: (كان عذاباً يبعثه الله على من يشاءُ، فجعله الله رحمةً للمؤمنين، ما من عبدٍ يكون في بلدٍ يكون فيه، ويمكثُ فيه لا يخرج من البلد، صابراً محتسباً، يعلمُ أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له، إلا كان له مثل أجر شهيد).(صحيح البخارى, في الباب قدر)
Dari 'Aisyah, isteri Nabi Saw ia menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang wabah kolera. Nabi Saw mengabarkan kepadanya bahwa penyakit itu adalah siksaan yang dijatuhkan Tuhan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tetapi Tuhan menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Setiap hamba Tuhan yang menderita wabah itu dan tetap tinggal di negerinya dengan sabar, karena ia mengetahui bahwa yang menimpanya hanyalah apa yang telah ditakdirkan Tuhan saja, maka pahala yang diterimanya sama dengan pahala orang mati syahid."
حدَّثنا عبدُ اللهِ حدثني أبي حدثنا علي بن عبدِ اللهِ حدثنا سفيانَ قال حدثني عبدُ ربِّه بن سعيد عن عمرة عن عائشةَ أنَّ النبي صلى الله عليه وسلَّمَ كان يقول في المريضِ: بسم اللهِ بتُرْبًةِ أرضنا بريقَةِ بعضنا ليُشفَى سقيمنا بإذن ربنا. ( مسند احمد بن حنبل, مسند السيدة عائشة رضي الله عنها)
Dari 'Aisyah ra., Rasulullah Saw berdo'a untuk orang sakit. Dengan nama Allah. Tanah bumi kami, dengan ludah sebagian kami, sembuhkanlah penyakit kami, dengan izin Tuhan kami!"
Dan berkata سيد أبى بكر شطا :
وعلى مقتولٍ ظلماً وغريقٍ وحريقٍ ومبطونٍ أي منْ قتلَه بَطْنُهُ كاستسقاء اواسهالٍ فهم الشهداءُ بالاخرة فقط
Kata syahid juga untuk orang terbunuh akibat penganiayaan, orang mati tenggelam, terbakar, dan orang mati akibat penyakit perut seperti: muntah-muntah atau urus-urus (mencret) maka mereka itu syahid akhirat saja (mendapat pahala syahid) اعانة الطاليبن hlm 137, jld 2. cet : طه فوترا سمارغ
Dari keterangan ini kita dapat mengambil I’tibar orang yang mendapat kan Pahala syahid (syahid akhirat) bukan orang yang diserang penyakit kolera saja, tetapi juga orang yang mati karna dianiaya, terbakar, tenggelam, dan sebab penyakit perut.
KESIMPULAN
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwasanya kita sebagai umat Nabi Muhammad diperintahkan untuk bersugi tiap-tiap mau sembahyang, karena hal yang demikian yang dilakukan oleh beliau.
Demikian juga dengan wabah penyakit, Rasulullah Saw pernah bersabda "Sekiranya kamu dengar penyakir menular berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu pergi ke sana. Tetapi jikalau penyakit itu berjangkit di negeri di mana kamu berada, janganlah kamu ke luar dari padanya. Karena penyakit itu merupakan salah satu siksaan yang dijatuhkan Tuhan kepada siapa yang dikehendaki-nya. Tetapi Tuhan menjadikan rahmat bagi orang-orang yang beriman yaitu orang yang mau menerima cobaan ini dengan penuh kesabaran.
SEKIAN
والله اعلم بالصَّواب
DAFTAR BACAAN
M. Hasbi Ash-Shiddiqi, Mutiara Hadits, Cetakan Kedua, Jakarta, Penerbit Bulan Bintang, 2002.
H. Zainuddin Hamidy- H. Fachruddin HS-H. Nasharuddin Thaha Johor Arifin- A. Rahman Zainuddin M.A., Shahih Bukhari, Cetakan ke empat, Jili 1, Jakarta, Penrbit "Widjaya" 1954.
saiid abu bakar syatta, I’anatuttalibin cet putra semarang jilid 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar